Rabu, 25 April 2012

Imam

Seorang imam adalah perantara yang penuh kemurahan. Hatinya harus penuh kemurahan, karena imam mengerti benar bahwa dia hidup karena anugerah dan menerima begitu banyak kemurahan. Seorang imam tidak pernah mementingkan dirinya. Seorang imam adalah orang yang dekat dan mengenal hati-Ku. Seorang imam juga harus seseorang yang mengerti arti belas kasihan dan tidak pernah merelakan anak-anaknya tinggal tetap dalam dosa. Pada masa perjanjian lama, imam bertugas sebagai pendamai dosa umat dengan-Ku. Setiap dosa harus dibayar dengan korban penebus dosa, dan harus seorang imam yang ditunjuk untuk menaikkan korban itu di hadapan-Ku. Seberapa banyak dosa dan pelanggarannya, maka sebanyak itu pula korban tebusan harus dinaikkan. Pada waktu itu bahkan umat-Ku sendiri tidak diizinkan menaikkan korban tebusan dosanya sendiri. Harus seorang imam yang melakukannya. Imam adalah sebuah jabatan atau kedudukan yang Aku pilih sendiri. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi imam di hadapan-Ku.
Ketika Aku turun ke dunia dan menebus seluruh dosa manusia di kayu salib, Aku telah menjadi Imam tertinggi yang pernah ada. Ketika tirai itu terbelah, maka terciptalah jalan untuk semua umat-Ku untuk berhubungan langsung dengan-Ku. Setiap umat-Ku yang menaikkan doa pengampunan bagi sesamanya, telah menjadi imam di hadapan-Ku. Namun ada orang-orang tertentu yang dipanggil menjadi imam dalam arti terus menerus menjadi perantara. Dia harus memohon pengampunan dosa umat-Ku dan membawanya dengan penuh belas kasihan di hadapan-Ku.
Aku menebus seluruh dosa umat manusia satu kali dan untuk selamanya sebagai seorang Imam Besar. Seorang imam adalah seorang penyembah. Engkau tidak bisa datang begitu saja di hadapan-Ku dan mendamaikan dosa-dosa umat-Ku tanpa sebuah penyembahan terlebih dahulu. Ada sebuah ukupan wangi-wangian yang harus kau naikkan dahulu di hadapan-Ku. Hal ini yang jarang dimengerti anak-anak-Ku. Mereka datang ke hadapan-Ku dan masuk begitu saja dan menumpahkan semuanya di hadapan-Ku tanpa pernah mengerti apa yang semestinya dilakukan ketika ada di hadapan-Ku. Alkitab mencatat, zaman dahulu imam diikat dengan tali di pinggangnya, dengan lonceng yang terikat pula di badannya.Ketika lonceng itu berhenti berdentang, umat-Ku tahu bahwa imam mereka telah mati tersambar kuasa-Ku karena kesalahan yang telah dibuatnya. Apa yang terjadi zaman ini? Imam-imam-Ku lupa bagaimana bersikap dengan benar dan tepat di hadapan-Ku. Ketika engkau datang ke hadapan-Ku sebagai seorang imam, engkau harus melakukan itu dengan takut dan gentar. Ketika engkau datang sebagai imam di hadapan-Ku, ingatlah bahwa saat itu engkau berada dekat tahta-Ku. Sebuah kesalahan dari ketidakmengertian bisa berakibat fatal. Apa yang tertulis di Alkitab adalah merupakan sebuah peringatan, Eli menodai pelayanannya karena ia mencintai anak-anak-Nya lebih daripada Aku, menginginkan kenyamanan dan takt berkonfrontasi, memilih untuk berkompromi. Harun mendengar suara rakyat untuk membuat lembu emas. Hargai panggilanmu dengan hidup berkenan di hadapan-Ku.
Hai, para imam datanglah ke hadapan-Ku dalam takut dan gentar, Aku disukakan dan naikkanlah doa-doamu, naikkan korban pendamaian itu di hadapan-Ku, dan lihatlah betapa Aku disukakan, dan apa yang kau minta Aku berikan....pengampunan untuk umat-umat-Ku yang kadang tidak tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi ketika engkau berdiri di hadapan-Ku dalam kekudusan dan kebenaran, ah tidak tahan hati-Ku... Harus ada yang berdiri di antara diri-Ku dan umat-Ku yang keluar dari jalannya. Harus ada yang menaikkan doa-doa untuk manusia-manusia diselamatkan, harus ada yang berdiri untuk sebuah pulau diselamatkan, harus ada yang berdiri untuk sebuah bangsa diselamatkan dan dipulihkan. Jadilah imam-imam-Ku, bangkitlah dan jadila imam-imam-Ku untuk bangsa ini. Siapa yang akan berdiri di lembah penentuan dan mengulurkan tangan penuh belas kasihan kepada mereka yang terpuruk di dalam lembah itu? Siapa yang mau membawa persembahan jiwa-jiwa itu ke hadapan tahta-Ku dan membuat Aku bersorak-sorai? Bawa mereka pulang karena hati-Ku merindukan anak-anak-Ku.

Taken from: 40 Hari Bersama Raja, Suara Sahabat
By: Ev. Iin Tjipto

Tidak ada komentar: